Jumaat, 2 April 2010

Pakai seluar...bolehkah ???

Assalamualaikum.

Mengenai persoalan apakah hukum perempuan memakai seluar.


Seperti hujah dari saudara di atas saya tidak mengatakannya ia salah. Memakai seluar dibolehkan tetapi haram memakainya di luar rumah atau di tempat umum. Disini saya juga akan mendetailkan posting-posting saya sebelum ini sekaligus menjawab persoalan di atas dengan telus. InsyaAllah.

Ada 3 (tiga) masalah yang sering dicampuradukkan yang sebenarnya merupakan masalah-masalah yang berbeza.

Pertama, masalah batasan aurat bagi wanita.
Keduapakaian muslimah dalam kehidupan khusus (al hayah al khashshash), iaitu tempat-tempat di mana wanita hidup bersama mahram atau sesama wanita, seperti di rumah . 
Ketigapakaian muslimah dalam kehidupan umum (al hayah 'ammah), iaitu tempat-tempat di mana wanita berinteraksi dengan masyarakat secara umum, seperti di jalan-jalan, sekolah, pasar, kampus, dan sebagainya. Busana wanita muslimah dalam kehidupan umum ini terdiri dari jilbab dan tudung(khimar). 

Masalah batasan aurat wanita tidak akan saya bahaskan di sini, posting sebelum ini sudah pun saya jelaskan. Apa yang ingin dijelaskan adalah apakah pakaian yang boleh dipakai oleh wanita semasa dalam kehidupan khusus (Hayaatul ‘Khassah/private life) dan semasa berada dalam kehidupan umum (Hayatul ‘am/Public Life).

Pakaian Wanita Dalam Kehidupan Khusus (Hayaatul ‘Khassah/private life)

Cara seorang Muslimah menutupi auratnya dihadapan lelaki ajnabi dalam kehidupan khusus seperti di rumahnya, syarak tidak menentukan bentuk/fesyen pakaian tertentu tetapi membiarkan secara mutlak tanpa menentukannya dan cukup dengan mencantumkan lafaz dalam firmanNya : “Wa la yubdina” (Dan janganlah mereka menampakkan) [Surah An-Nur:31] atau sabda nabi “Lam yahluh an yura minha” (tidak boleh baginya menampakkan tubuhnya) [HR Abu Dawud] . Jadi pakaian yang menutupi seluruh auratnya kecuali wajah dan tapak tangan dianggap sudah menutupi, walau bagaimana pun bentuknya. Memakai kain panjang, seluar, gaun dsb juga dapat menutupinya sebab bentuk dan jenis pakaian tidak ditentukan oleh syara. Berdasarkan hal ini maka setiap bentuk dan jenis pakaian yang dapat menutupi aurat iaitu yang tidak menampakkan aurat dianggap sebagai penutup bagi aurat secara syar’i, tanpa melihat lagi bentuk, jenis atau fesyennya. Namun demikian syarak telah mensyaratkan dalam berpakaian agar pakaian yang dikenakan dapat menutupi kulit. Jadi pakaian wajib dapat menutupi kulit sehingga warna kulitnya tidak diketahui. Jika tidak demikian, maka dianggap tidak menutupi aurat. Oleh kerana itu apabila kain penutup itu tipis/transparent sehingga nampak warna kulitnya dan dapat diketahui samada kulitnya berwarna merah atau coklat, maka kain penutup seperti ini tidak boleh dijadikan penutup aurat.

Pakaian Wanita Dalam Kehidupan Umum (Hayatul ‘am/Public Life)

Jika seorang wanita telah memakai pakaian yang menutupi aurat, tidak bermakna dia boleh mengenakan pakaian itu dalam kehidupan umum, seperti di Kampus, pasaraya, jalanan umum, pejabat atau di pasar-pasar dan sebagainya.  Mengapa ? Sebab dalam kehidupan umum terdapat pakaian khas yang telah ditetapkan oleh syara'.  Jadi dalam kehidupan umum tidak cukup hanya dengan menutup aurat, seperti memakai seluar panjang, atau baju potongan(e.g baju kurung) walaupun ia sudah dapat menutupi aurat. 
Seorang wanita yang memakai seluar panjang atau baju potongan(e.g baju kurung) memang dapat menutupi aurat. Namun  tidak bermakna dia boleh memakainya di hadapan lelaki yang bukan mahram, kerana dengan pakaian itu  dia telah menampakkan keindahan tubuhnya (tabarruj).  Tabarruj adalah, menampakkan perhiasan dan keindahan tubuh kepada lelaki asing/non-mahram (izh-haruz ziinah wal mahasin lil ajaanib) (An-Nabhani, 1990 : 104). Oleh karena itu walaupun ia telah menutupi auratnya, akan tetapi ia telah bertabarruj, sedangkan tabarruj dilarang oleh syara'.  Pakaian yang dibenarkan pada kehidupan umum ialah jilbab dan tudung(khimar)

Kewajipan Jilbab [ TMQ Al Ahzab : 59]


“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Tafsir Ayat

Allah Swt. berfirman: Yâ ayyuhâ an-Nabiyy qul li azwâjika wa banâtika wa nisâ' al-Mu'mînîn (Hai Nabi, katakanah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang Mukmin). Khithâb (seruan) ayat ini ditujukan kepada Rasulullah saw.
Allah Swt. memerintahkan Nabi saw. untuk menyampaikan suatu ketentuan kepada para Muslimah. Ketentuan yang ditetapkan kepada para wanita Mukmin itu adalah: yudnîna 'alayhinna min jalâbîbihinna (hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka).

Kata jalâbîb merupakan bentuk jamak dari kata jilbâb. Apakah pengertian jilbab?

Dalam kitab Al Mu'jam Al Wasith karya Dr. Ibrahim Anis (Kairo : Darul Maarif) halaman 128,
-Jilbab bermaksud sebagai "Ats tsaubul musytamil 'alal jasadi kullihi" (pakaian yang menutupi seluruh tubuh), atau "Ma yulbasu fauqa ats tsiyab kal milhafah" (pakaian luar yang dikenakan di atas pakaian rumah, seperti milhafah (baju terusan), atau  "Al Mula`ah tasytamilu biha al mar`ah" (pakaian luar yang digunakan untuk menutupi seluruh tubuh wanita).

Kamus Bahasa Arab : Al-Muhith, Muhammad bin Ya'qub al-Fairuz Abadi, Muassasatu ar-Risalah, Beirut Lebanon-Pakaian yang lebar seperti terowong (tidak terpotong); gamis/jubah dan pakaian longgar untuk wanita serta dapat menutup pakaian wanita sehari-hari (ats-tsiyab, pakaian yang biasa dipakai di rumah bersama mahram atau wanita lain).


Kamus Mukhtaru ash-Shihhah 

- Al-Jauhari menyatakan bahwa jilbab adalah pakaian yang disebut milhafah atau dikatakan mula-ah (mantel, kain penutup dari atas hingga bawah atau sekali masuk)

Jadi jelaslah bahawa yang diwajibkan atas wanita adalah mengenakan pakaian yang sekeping lurus ke bawah hingga mata kaki( Arab:milhafah/mula’ah) yang dikenakan sebagai pakaian luar (di dalamnya masih ada pakaian rumah atau pakaian sehari-hari(ats-tsiyab)  tetapi bukan coli dan seluar dalam) lalu dihulurkan ke bawah hingga menutupi kedua kakinya.

Kewajipan jilbab dalam kehidupan umum

Untuk seruan pemakaian jilbab pada TMQ Al-Ahzab: 59, terdapat qarinah berupa hadits dari Ummu 'Athiyah yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW tidak bertolak ansur seorang wanita yang berada pada kehidupan umum (di luar rumah) dalam keadaan tidak mengenakan jilbab, dengan alasan tidak ada (sekalipun!). Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian jilbab dalam kehidupan umum adalah WAJIB, sebab Rasulullah SAW sama sekali tidak bertolak ansur terhadap pelalaian suatu kewajiban.

Rasulullah saw. memerintahkan kami untuk keluar pada Hari Fitri dan Adha, baik gadis yang menginjak akil baligh, wanita-wanita yang sedang haid, maupun wanita-wanita pingitan. Wanita yang sedang haid tetap meninggalkan solat, namun mereka dapat menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum Muslim. Maka Aku(Ummu 'Athiyah)  bertanya, "Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab?" Rasulullah saw. menjawab, "Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya kepadanya." (HR Muslim).

Berkaitan dengan hadits Ummu 'Athiyah ini, Syaikh Anwar Al-Kasymiri, dalam kitabnya Faidhul Bari, Juz I hal. 388, mengatakan : "Dapatlah difahami dari hadits ini, bahawa jilbab itu dituntut apabila seorang wanita keluar rumah, dan dia tidak boleh keluar [rumah] jika tidak mengenakan jilbab."


Kewajipan Khimar (tudung) dalam kehidupan umum


“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak darinya.” [TMQ An Nur :31]

Kata khumur merupakan bentuk jamak dari kata khimar. Khimar atau tudung wajib dipakai jika hendak keluar rumah menuju ke tempat umum (public life).

Rumusan 

-Dalam kaedah usul, al-‘am yabqa fi ‘ummumihi ma lam yarid dalil at-takhsis’ (suatu dalil yang bersifat umum tetap pada keumumannya, selama tidak ada dalil yang mengkhususkannya). [Dr.Muhammad Husain Abdullah, Al Wadhih fi Ushul Al Fiqh, hal.318]

- Surah Ahzab: 59  dan hadis dari ummu Athiyah merupakan nas khusus menjelaskan tentang jilbab merupakan pakaian yang wajib dipakai apabila keluar rumah dan menuju tempat-tempat umum bertemu masyarakat.
- Pakaian muslimah (ketika keluar rumah) terdiri dari dua lapis, iaitu pakaian rumah (ats-tsiyab) dan baju luar yang berupa jilbab. Inilah pakaian wanita yang telah ditetapkan syarak.

- Seluar dan pakaian potongan hanya boleh dipakai di kehidupan khusus bersama mahram dan wanita lain.

Wallahu’alam

Tiada ulasan:

Catat Ulasan